Minggu, 17 Juni 2012

TEORI KONSELING PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL


TEORI KONSELING
PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Dosen; Isna Ni'matus Sholihah, S.Pd.

Prodi;BKI C/IV




Oleh

                                      Al Ainur Rofik
                                      Arif Jaya Harto
                                      Moch Suhud
                                      Moh Habib Sholeh
                                      Eka Istiani
                                      Mauidhotul Khasanah
                                      Shorichatul Hasanah
                                      Zulfia Nur Aini
                                     



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
TALUN SUMBEREJO
2011/2012
KATA PENGANTAR

Beribu terimakasih saya ucapkan kepada Allah SWT, kepada semua sumber yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini yang berjudul “SIFAT OTORITER ORANG TUA TERHADAP ANAK”,dan tidak lupa juga kepada Isna Ni'matus Sholihah, S.Pd.yang telah membimbing kami..Kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, oleh karena itu saya sangat mohon kepada para pembaca untuk memberikan kritikan dan saran terhadap makalah ini jika ada hal/sesuatu yang kurang berkenan maupun salah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

 
























PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pengaruh  keluarga  (orang  tua)  dalam  pembentukan  perkembangan  perilaku dan kepribadian anak sangat besar peranannya. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua terhadap anaknya (Brown, 1961).
Pola  asuh  orang  tua  adalah  pola  perilaku  yang  diterapkan  pada  anak  dan bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Kehidupan anak seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut ada yang tidak dapat diselesaikan  dan ada juga yang dapat diselesaikan.  Bagi individu yang tidak dapat memecahkan permasalahan  akan mengalami berbagai tekanan dan ketegangan yang akan menjadi sebab masalah timbulnya stress. Keluarga khususnya pola asuh yang diterapkan  oleh orangtua  terhadap  anak-anaknya  sangat  berpengaruh  dalam  proses perkembangan jiwa, kepribadian dan pembentukan perilaku anak. belum tentu serasi dengan perkembangan anak yang semakin tumbuh dewasa Pengalaman yang dialami anak karena sikap otoriter orangtua berperan untuk menimbulkan stres karena disiplin yang dinilai efektif oleh orangtua. Anak dengan orangtua yang berpola asuh otoriter, dalam proses pendidikannya  akan mendapatkan  suatu keadaan yang penuh tekanan dan ketakutan, sehingga memungkinkan anak tersebut menjadi pribadi yang tertutup/ introvert (Taufikkurokhman, 2008).
Pola asuh orang  tua sangat  berperan  dalam  meletakan  dasar-dasar  perilaku bagi anak-anaknya  (Bonner, 1953). Sebagian besar orang tua mungkin berpendapat bahwa   anak memang
harus  mengikuti  aturan yang ditetapkannya.Mereka berpendapat bahwa apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Biasanya orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu justru akan menimbulkan serangkaian efek bagi perkembangan kepribadian dan perilaku anaknya.Pola asuh otoriter biasanya  berdampak  buruk pada anak, seperti;  ia merasa tidak bahagia,  ketakutan,  tidak  terlatih  untuk  berinisiatif,  selalu  tegang,  ketakutan,tidak  mampu  menyelesaikan   masalah  (kemampuan  problem  solving-nya  buruk) begitu juga kemampuan  komunikasinya  yang buruk, sehingga seringkali anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter menjadi pribadi yang tertutup/ introvert

RUMUSAN MASLAH
1.      Revisi atau apa saja pendekatan yang akan di gunakan
2.      Alasan pendekatan ini dipilih
3.      Proses penerapan dalam proses konseling
TUJUAN
Dari uraian masalah tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Otoriter orang tua dalam keluarga terhadap anak atau remaja.
MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi   perkembangan   ilmu   psikologi   terutama   psikologi   anak.   Sehingga   dapat mamberikan informasi dan tambahan pengalaman bagi orang tua untuk lebih bijak dalam menyikapi sikap terhadap anak
KENAPA KAMI MEMILIH MASALAH INI
Karena memang sekarang zaman sudah modern dan berkembang,namun yang namanya orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya sehingga tak jarang orang tua suka mengatur anak,dan terlebih  mengenai jalan hidup si anak.mulai dari dengan siapa ia bergaul,kemana ia akan melanjutkan sekolah.Dan masalah masalah seperti itu terkadang membuat seorang individu tak puas dengan hidupnya karena ada yang mengemudikan dirinya.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah-masalah remaja berhubungan pula dengan ruang lingkup kehidupan para remaja itu sendiri mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hubungan dengan keluarga, para remaja sering menghadapi masalah yang timbul karena terjadinya pergeseran peran dalam keluarga yaitu darianak-anak ke remaja yang menuntut peran yang berbeda. Dalam hubungan ini remaja sering menghadapi masalah yang terkait dengan;Hubungan dengan orang tua,Hubungan dengan saudara,Penyesuaian norma dalam keluarga,Konflik dengan tuntutan orang tua.
Dalam hubungan dengan sekolah, masalah yang umumnya dihadapi oleh remaja antara lain dalam hubungan dengan:Cara belajar,penyesuaian pendidikan,penyesuaian dengan norma sekolah,pemilihan jurusan,pemilihan teman,hubungan dengan guru
Dalam hubungan dengan dirinya sendiri, para remaja sering menghadapi masalah-masalah seperti:kesehatan,agama,dan pandangan hidup ,penggunaan waktu,pertumbuhan
jasmani,perkembanganbagan seksual,keuangan,penyesuaian minat.

GAMBARAN GEJALA

Hasta adalah anak yang patuh dan penurut kepada orangtuanya. Baginya, orangtua adalah orang yang selalu dihormati dan ditaati. Sejak kecil, Hasta memang selalu diarahkan orangtuanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Harus yang ini, harus yang itu, dsb. Dia jarang sekali dibiarkan membuat pilihannya sendiri. Hal itu juga terjadi dalam pemilihan arah pendidikan. Dari TK hingga SMA, semua ditentukan oleh orangtua. Tidak ada yang dipilih sendiri oleh Hasta. Dia selalu menurut saja. Orangtuanya ingin Hasta menjadi seorang dokter. Hasta merasa tidak ingin jadi dokter tapi dia tidak mau dan tidak bisa melawan keinginan orangtua. Dia merasa tidak memiliki kekuatan atas jalan hidupnya sendiri.
Hasta menurut saja jika dipersiapkan untuk menjadi seorang dokter dengan les tambahan di bimbingan belajar, baik klasikal maupun privat. Kemudian Hasta berhasil diterima di Jurusan Kedokteran Umum. Orangtuanya senang sekali, merasa telah sukses mengarahkan anaknya. Tapi Hasta tidak nyaman dengan hal tersebut. Sebenarnya dia ingin belajar sastra.
Hasta pernah sekali mengungkapkan keinginannya itu. Tapi orangtua tidak mau tahu dan selalu melarang Hasta belajar sastra. Menurut Hasta, orangtuanya berpikir bahwa pilihan terbaik adalah apa yang diputuskan oleh orangtua, bukan Hasta yang hanya seorang anak.
Hasta menjalani kuliah di kedokteran dengan tidak semangat dan tertekan. Dia merasa bukan ini yang ingin dilakukan. Dia ingin sekali keluar dari jurusan kedokteran. Akibatnya, pada semester pertama, nilainya sudah jeblok. Orangtua hanya bisa marah-marah , menyuruh Hasta serius kuliah, tidak memikirkan hal lain, apalagi sastra. Karena hal itu, Hasta semakin merasa tertekan dan stres. Dia ingin memiliki kekuasaan atas pilihan jalan hidupnya sendiri, tapi tak sanggup melawan ego orangtua.

KEMUNGKINAN MASALAH JIKA TIDAK TERATASI
Jika masalah ini tidak segera teratasi maka yang akan muncul adalah  Masalah psikologis pada diri Anak atau Remaja tersebut.Dan maasalah psikologis dijeniskan antara lain sebagai berikut: 1. Neurose atau gangguan jiwa pada taraf yang ringan seperti: Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan, gelisah / cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya. 2 . Psychose atau gangguan jiwa pada taraf yang berat seperti: Histeria, kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan / emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenya

TINJAUAN PUSTAKA

REVISI TINJAUAN
Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain sebagainya.Nah dari Kasus yang terjadi dan sudah dijelaskan diatas kami memutuskan untuk menyelesaikan masalah tersebut denagan menggunakan Pendekatan Analisis Transaksional.

ALASAN MEMILIH PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi  kelompok.AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain dalam arti ia adalah suatu terapi kontraktual dan desisional. Analisisn Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arti proses terapi, juga berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru.
AT cenderung mempersamakan kekuasaan terapis dan klien dan menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan awal yang telah dibuatnya, serta menginsafibahwa sekarang ia menetapkan orang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya.Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang bias belajar mempercayai dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.
Prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk merangsang tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.Secara historis analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan pula secara meluas dalam konseling/terapi individual.

PROSES PENERAPAN PENDEKATAN DALAM KONSELING
Karena masalah ini hanya menyangkut tentang individu saja maka disini kita menggunakan teori analisis transaksional tentang kepribadian manusia
Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan Skript. 
1.    Ego State (Keadaan Ego)
Ketika Berne menghadapi klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau orang dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego state. Status ego manusia itu ada tiga macam yaitu :
a.       Orang tua (Parent = Exteropsyche)
b.      Dewasa (Adult = Neopsyche)
c.       Anak-anak (Child = Archaeopsyche)
Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya disebut oleh Berne dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya bokap atau nyokap Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb. Kata-kata yang sering digunakan oleh status ego O ini adalah keadaan ego Dewasa (D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis. Status ego ini sering disebut komplek Karena bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan hasil pemerosesan informasi dari data dan fakta lapangan. Karena itu, Berne menyebut status ego ini dengan Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah benar, salah, praktis, dsb.
Keadaan ego Anak-anak (A) atau archaeopsyche, merupakan keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif, intuitif, kreatif, dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas, ingin terbebas dari pengaruh orang lain. Kata-kata yang sering digunakan dapat berupa “Wah !”, Tidak mau. Tidak bisa, dsb.
Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyata dengan konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.
Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang sesuai dengan keadaan lingkungannya.
Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai seseorang dalam waktu yang lama sehingga menyingkirkan dua ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion) (Fixation)
2.      Transaksi
Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya.
Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior (tersamar atau semu).
Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar. Contoh A-A orang lagi pacaran.
Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: O–D (ujian skripsi), O–A (guru di kelas) D–A (dokter-pasien).
Transaksi tersamar atau semu adalah transaksi antar dua ego namun diikuti terjadinya transaksi dua ego lain yang tidak kelihatan atau tertutup, namun dirasakan oleh orang yang melakukannya. Transaksi yang tak kelihatan itu mengandung kesan psikologis.
Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah :
Komplementer Silang Tersamar
Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik adalah Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities dan logis.
3.      Permainan (Games)
Komunikasi antara dua manusia sebenarnya bagaikan sebuat permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang menang (penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya.
Orang menjadi pemenang akan merasa puas. Penindas diinndikasikan bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila lawannya berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut Orang yang menang disebut pendulang kopon emas, dan yang kalah disebut pengumpul kopon cokelat.
Oleh karena itu perilaku seseorang dapat berubah dalam setiap transaksi dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas, dan kadang-kadang sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat digambarkan dalam drama segi tiga (threangle) di bawah. Penindas Penyelamat Korban
4.      Stroke (Dorongan atau Perhatian )
Interaksi antar manusia membutuhkan atroke atau berupa dorongan atau perhatian agar tercipta perubahan.
Stroke ini dapat dibedakan atas stroke negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.Stroke positif adalah stroke yang mengakibatkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan sehinga menimbulkan motivasi yang kuat baginya untuk melakukan perubahan. Stroke negatif adalah yang mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan. "Saya tidak jadi berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke bersyarat adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil melakukan suatu prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya sayangi bila kamu patuh”. Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu menyayangimu nak“
5.      Skript (Script)
Istilah skript bagi Berne dipergunakan untuk menunjukan pola kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang diyakini, sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula skript boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya. Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain. Kendatipun hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat tidaknya (OK tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan lingkungannya.
Skript ini menurut AT dapat dirubah dengan memahami kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi seseorang dengan terapist.
6.      Egogram ( Takaran Energi Ego )
Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay yang dipakai untuk menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat pada masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek emosional. Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A, Dusay membagi Egogram manusia atas 5 macam yang dikembangkan dari Ego state tersebut.
Status Ego Egogram
Parent : Orang tua (O) Critical Parent : Kritikan O (KO)
Nurturing Parent : Pemeliharaan O (PO)
Adult : Dewasa (D) Adult : (D)
Child : Anak-anak (A) Free Child : Kebebasan Anak (KA)
Adapted Child : Adaptasi Anak (AA)
Kelima macam Egogram ini mempunyai energi yang berbeda untuk setiap orang. Perbedaan energi egogram inilah yang menyebabkan perbedaan kepribadian seseorang.
Orang yang rendah energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO kesepian atau depresi, rendah D kesulitan konsentrasi atau memecahkan masalah, rendah KA kehilangan kreativitas, intuitif dan semangat hidup, sedangkan rendah AA bersikap tidak kompromi atau konfrontasi.
Seseorang yang baik jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO lebih tinggi dari KO, AA lebih rendah dari KA serta sangat rendah KA




KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah kami adalah,bahwa dalam proses pendekatan Analisis Transaksional dibutuhkan teknik dan cara-cara yang bertahap agar menemukan penyelesaian dalam masalah yang di hadapi, dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode,
























DAFTARPUSTAKA

Harris, T. 1981 . SAYA OKE-KAMU OKE, terjemahan, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. •
Noor, M . 2002 .“Transaksional analisis”dalam buku Psikoterapi pendekatan konvensional dan kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.