TEORI
KONSELING
PENDEKATAN
ANALISIS TRANSAKSIONAL
Dosen;
Isna Ni'matus Sholihah, S.Pd.
Prodi;BKI
C/IV
Oleh
Al Ainur Rofik
Arif Jaya Harto
Moch Suhud
Moh Habib Sholeh
Eka Istiani
Mauidhotul Khasanah
Shorichatul Hasanah
Zulfia Nur Aini
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
TALUN
SUMBEREJO
2011/2012
KATA
PENGANTAR
Beribu terimakasih saya ucapkan
kepada Allah SWT, kepada semua sumber yang telah terlibat secara langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini yang berjudul “SIFAT OTORITER
ORANG TUA TERHADAP ANAK”,dan tidak lupa juga kepada Isna
Ni'matus Sholihah, S.Pd.yang telah membimbing kami..Kami menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna, oleh karena itu saya sangat mohon kepada para pembaca
untuk memberikan kritikan dan saran terhadap makalah ini jika ada hal/sesuatu
yang kurang berkenan maupun salah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG
Pengaruh
keluarga
(orang
tua) dalam
pembentukan
perkembangan perilaku dan kepribadian anak sangat besar peranannya. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak adalah pola asuh orang tua terhadap anaknya (Brown, 1961).
Pola
asuh
orang tua adalah
pola perilaku yang diterapkan pada
anak
dan bersifat relative
konsisten dari waktu ke
waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi
negatif maupun positif. Kehidupan anak seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut ada yang tidak dapat diselesaikan dan ada juga yang dapat diselesaikan. Bagi individu
yang tidak dapat memecahkan permasalahan akan mengalami berbagai tekanan dan ketegangan yang akan menjadi sebab masalah timbulnya stress. Keluarga khususnya pola asuh
yang diterapkan
oleh orangtua
terhadap anak-anaknya sangat
berpengaruh dalam
proses
perkembangan jiwa, kepribadian dan pembentukan perilaku anak. belum tentu serasi
dengan perkembangan anak yang semakin tumbuh dewasa Pengalaman yang dialami
anak karena sikap otoriter orangtua berperan untuk menimbulkan stres karena disiplin yang dinilai efektif oleh orangtua. Anak dengan orangtua yang berpola asuh otoriter, dalam proses pendidikannya
akan mendapatkan suatu keadaan
yang penuh tekanan
dan ketakutan, sehingga memungkinkan anak tersebut menjadi pribadi yang tertutup/ introvert (Taufikkurokhman, 2008).
Pola asuh orang tua sangat berperan
dalam
meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya
(Bonner, 1953). Sebagian besar orang tua mungkin berpendapat bahwa anak memang
harus
mengikuti aturan yang ditetapkannya.Mereka berpendapat bahwa apa pun peraturan yang ditetapkan orang tua semata-mata demi kebaikan anak. Biasanya orang tua tak mau repot-repot berpikir bahwa peraturan yang kaku seperti itu
justru akan menimbulkan serangkaian efek bagi perkembangan
kepribadian dan perilaku
anaknya.Pola asuh otoriter
biasanya berdampak buruk pada anak, seperti; ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak
terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, ketakutan,tidak mampu
menyelesaikan masalah
(kemampuan
problem solving-nya buruk) begitu juga kemampuan
komunikasinya yang buruk, sehingga
seringkali anak yang diasuh dengan pola
asuh otoriter menjadi pribadi yang tertutup/ introvert
RUMUSAN MASLAH
1.
Revisi atau apa
saja pendekatan yang akan di gunakan
2.
Alasan
pendekatan ini dipilih
3.
Proses penerapan
dalam proses konseling
TUJUAN
Dari uraian masalah tersebut di atas,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui apakah
ada pengaruh Otoriter orang tua dalam keluarga terhadap anak atau remaja.
MANFAAT
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi terutama psikologi anak. Sehingga
dapat mamberikan informasi dan tambahan pengalaman bagi
orang tua untuk lebih bijak dalam menyikapi sikap
terhadap anak
KENAPA
KAMI MEMILIH MASALAH INI
Karena
memang sekarang zaman sudah modern dan berkembang,namun yang namanya orang tua
pasti ingin yang terbaik untuk anaknya sehingga tak jarang orang tua suka
mengatur anak,dan terlebih mengenai
jalan hidup si anak.mulai dari dengan siapa ia bergaul,kemana ia akan
melanjutkan sekolah.Dan masalah masalah seperti itu terkadang membuat seorang
individu tak puas dengan hidupnya karena ada yang mengemudikan dirinya.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Masalah-masalah
remaja berhubungan pula dengan ruang lingkup kehidupan para remaja itu sendiri
mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hubungan dengan keluarga,
para remaja sering menghadapi masalah yang timbul karena terjadinya pergeseran
peran dalam keluarga yaitu darianak-anak ke remaja yang menuntut peran yang
berbeda. Dalam hubungan ini remaja sering menghadapi masalah yang terkait
dengan;Hubungan dengan orang tua,Hubungan dengan saudara,Penyesuaian norma
dalam keluarga,Konflik dengan tuntutan orang tua.
Dalam
hubungan dengan sekolah, masalah yang umumnya dihadapi oleh remaja antara lain
dalam hubungan dengan:Cara belajar,penyesuaian pendidikan,penyesuaian dengan
norma sekolah,pemilihan jurusan,pemilihan teman,hubungan dengan guru
Dalam
hubungan dengan dirinya sendiri, para remaja sering menghadapi masalah-masalah
seperti:kesehatan,agama,dan pandangan hidup ,penggunaan waktu,pertumbuhan
jasmani,perkembanganbagan
seksual,keuangan,penyesuaian minat.
GAMBARAN
GEJALA
Hasta adalah anak yang patuh dan
penurut kepada orangtuanya. Baginya, orangtua adalah orang yang selalu
dihormati dan ditaati. Sejak kecil, Hasta memang selalu diarahkan orangtuanya.
Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Harus yang ini, harus yang itu, dsb. Dia
jarang sekali dibiarkan membuat pilihannya sendiri. Hal itu juga terjadi dalam
pemilihan arah pendidikan. Dari TK hingga SMA, semua ditentukan oleh orangtua.
Tidak ada yang dipilih sendiri oleh Hasta. Dia selalu menurut saja. Orangtuanya
ingin Hasta menjadi seorang dokter. Hasta merasa tidak ingin jadi dokter tapi
dia tidak mau dan tidak bisa melawan keinginan orangtua. Dia merasa tidak
memiliki kekuatan atas jalan hidupnya sendiri.
Hasta menurut saja jika dipersiapkan
untuk menjadi seorang dokter dengan les tambahan di bimbingan belajar, baik
klasikal maupun privat. Kemudian Hasta berhasil diterima di Jurusan Kedokteran
Umum. Orangtuanya senang sekali, merasa telah sukses mengarahkan anaknya. Tapi
Hasta tidak nyaman dengan hal tersebut. Sebenarnya dia ingin belajar sastra.
Hasta pernah sekali mengungkapkan
keinginannya itu. Tapi orangtua tidak mau tahu dan selalu melarang Hasta
belajar sastra. Menurut Hasta, orangtuanya berpikir bahwa pilihan terbaik
adalah apa yang diputuskan oleh orangtua, bukan Hasta yang hanya seorang anak.
Hasta menjalani kuliah di kedokteran
dengan tidak semangat dan tertekan. Dia merasa bukan ini yang ingin dilakukan.
Dia ingin sekali keluar dari jurusan kedokteran. Akibatnya, pada semester
pertama, nilainya sudah jeblok. Orangtua hanya bisa marah-marah , menyuruh
Hasta serius kuliah, tidak memikirkan hal lain, apalagi sastra. Karena hal itu,
Hasta semakin merasa tertekan dan stres. Dia ingin memiliki kekuasaan atas
pilihan jalan hidupnya sendiri, tapi tak sanggup melawan ego orangtua.
KEMUNGKINAN
MASALAH JIKA TIDAK TERATASI
Jika
masalah ini tidak segera teratasi maka yang akan muncul adalah Masalah
psikologis pada diri Anak atau Remaja tersebut.Dan maasalah psikologis
dijeniskan antara lain sebagai berikut: 1. Neurose atau gangguan jiwa pada
taraf yang ringan seperti: Ketegangan batin, rendah diri, rasa kuatir yang
berlebihan, gelisah / cemas, takut yang tidak beralasan, mudah tersinggung,
putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, merasa bersalah dan sebagainya.
2 . Psychose atau gangguan jiwa pada taraf yang berat seperti: Histeria,
kepribadian dari segala segi, seperti tanggapan perasaan / emosi terganggu,
tidak ada integritas, hidup jauh dari alam kenya
TINJAUAN
PUSTAKA
REVISI TINJAUAN
Kata Pendekatan terdiri
dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau
perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
Metode dalam pengertian
harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk mencapai
suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti
melalui dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari
metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, baik sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga,
administrasi, dan pergedungan di mana proses kegiatan bimbingan berlangsung,
bahkan pelaksana metode seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga
dan sarana non fisik seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan
pelaksana metode, lingkungan yang menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara
pendekatan dan pemahaman terhadap sasaran metode seperti wawancara, angket, tes
psikologis, sosiometri dan lain sebagainya.Nah dari
Kasus yang terjadi dan sudah dijelaskan diatas kami memutuskan untuk
menyelesaikan masalah tersebut denagan menggunakan Pendekatan Analisis
Transaksional.
ALASAN MEMILIH
PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL
Analisis Transaksional
(AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam terapi
individual, tetapi lebih cocok untuk digunakan dalam terapi kelompok.AT berbeda dengan sebagian besar
terapi lain dalam arti ia adalah suatu terapi kontraktual dan desisional.
Analisisn Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien yang
dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arti proses terapi, juga berfokus pada
putusan-putusan awal yang dibuat oleh klien, dan menekankan kemampuan klien
untuk membuat putusan-putusan baru.
AT cenderung
mempersamakan kekuasaan terapis dan klien dan menjadi tanggung jawab klien
untuk menentukan apa yang akan diubahnya agar perubahan menjadi kenyataan,
klien mengubah tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien
melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan-putusan
awal yang telah dibuatnya, serta menginsafibahwa sekarang ia menetapkan orang
dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya.Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa
orang-orang bias belajar mempercayai dirinya sendiri, dan mengungkapkan
perasaan-perasaannya.
Prinsip-prinsip yang
dikembangkan oleh Eric Berne dalam analisis transaksional adalah upaya untuk
merangsang tanggung jawab pribadi atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang
logis, rasional, tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka,
wajar dan pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain.Secara historis
analisis transaksional dari Eric Berne berasal dari psikoanalisis yang
dipergunakan dalam konseling/terapi kelompok, tetapi kini telah dipergunakan
pula secara meluas dalam konseling/terapi individual.
PROSES PENERAPAN
PENDEKATAN DALAM KONSELING
Karena
masalah ini hanya menyangkut tentang individu saja maka disini kita menggunakan
teori analisis transaksional tentang kepribadian manusia
Memahami konsep pokok
AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam
teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan
Skript.
1. Ego
State (Keadaan Ego)
Ketika Berne menghadapi klien, ia
menemukan bahwa kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan berperilaku
seperti anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang tua atau
orang dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan
bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego
state. Status ego manusia itu ada tiga macam yaitu :
a.
Orang
tua (Parent = Exteropsyche)
b.
Dewasa
(Adult = Neopsyche)
c.
Anak-anak
(Child = Archaeopsyche)
Kondisi ego orang tua (O) atau aslinya
disebut oleh Berne dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan
seseorang seperti layaknya bokap atau nyokap Yakni penampilan yang terikat
kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa
pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat
pula mengecam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb.
Kata-kata yang sering digunakan oleh status ego O ini adalah keadaan ego Dewasa
(D) adalah reaksi yang bersifat realistis dan logis. Status ego ini sering
disebut komplek Karena bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan hasil
pemerosesan informasi dari data dan fakta lapangan. Karena itu, Berne menyebut
status ego ini dengan Neopsyche. Kata-kata yang sering dipergunakan adalah
benar, salah, praktis, dsb.
Keadaan ego Anak-anak (A) atau
archaeopsyche, merupakan keadaaan dan reaksi emosi yang kadang-kadang adaptif,
intuitif, kreatif, dan emosional, tetapi kadang-kadang juga bertindak lepas,
ingin terbebas dari pengaruh orang lain. Kata-kata yang sering digunakan dapat
berupa “Wah !”, Tidak mau. Tidak bisa, dsb.
Ketiga status ego dari Berne ini
mempunyai perbedaaan nyata dengan konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego.
Keunggulan konsep Berne mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini
dapat diamati secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak.
Menurut Berne, ketiga macam statu ego
ini, O, D, A, dapat dilihat secara terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam
keadaan atau waktu yang berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda
pula. Orang normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang
sesuai dengan keadaan lingkungannya.
Berne melukiskan adanya tiga macam
bentuk ego yang berada dalam diri seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan
Eksklusi. Normal adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih
status ego tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan
eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai seseorang dalam waktu yang lama
sehingga menyingkirkan dua ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian
Normal ( Delusion) (Fixation)
2. Transaksi
Transaksi merupakan inti dari konsep AT.
Istilah transaksi sebenarnya adalah istilah yang sering dipergunakan dalam
lapangan komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai
hubungan stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila
seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi
respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu
seterusnya.
Menurut Berne, transaksi itu terjalin
antar ego state. Kalau dua orang beraada pada suatu ruanngan, berarti
pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3
macam, yaitu transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan
Ulterior (tersamar atau semu).
Transaksi Komplementer adalah transaksi
antar dua ego state yang sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A
Transaksi O-O lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti
seminar. Contoh A-A orang lagi pacaran.
Transaksi silang merupakan transaksi
antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: O–D (ujian
skripsi), O–A (guru di kelas) D–A (dokter-pasien).
Transaksi tersamar atau semu adalah
transaksi antar dua ego namun diikuti terjadinya transaksi dua ego lain yang
tidak kelihatan atau tertutup, namun dirasakan oleh orang yang melakukannya.
Transaksi yang tak kelihatan itu mengandung kesan psikologis.
Bentuk ketiga transaksi tersebut adalah
:
Komplementer Silang Tersamar
Dari ketiga macam transaksi tersebut
diatas, maka transaksi yang baik adalah Transaksi antara ego state Dewasa
dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities dan logis.
3. Permainan
(Games)
Komunikasi antara dua manusia sebenarnya
bagaikan sebuat permainan (games), ada yang kalah (korban) dan ada pula yang
menang (penindas). Orang yang kalah atau menang dapat silih berganti. Kalau
yang kalah berhasil mencari penyelamatan, dia akan bergerak menjadi penindas
dan mengeser lawannya jadi korban, dan begitulah seterusnya.
Orang menjadi pemenang akan merasa puas.
Penindas diinndikasikan bilamana ia berhasil menggunakan egostate O. Namun bila
lawannya berhasil mencari penyelamatan dan kemudian menggunakan egostate O
terhadapnya ia akan merasa terhina. Sehingga oleh Compos disebut Orang yang
menang disebut pendulang kopon emas, dan yang kalah disebut pengumpul kopon
cokelat.
Oleh karena itu perilaku seseorang dapat
berubah dalam setiap transaksi dengan orang lain. Kadang-kadang dia bersifat penindas,
dan kadang-kadang sebagai korban. Perubahan bentuk peranan ini dapat
digambarkan dalam drama segi tiga (threangle) di bawah. Penindas Penyelamat
Korban
4.
Stroke
(Dorongan atau Perhatian )
Interaksi antar manusia membutuhkan
atroke atau berupa dorongan atau perhatian agar tercipta perubahan.
Stroke ini dapat dibedakan atas stroke
negatif dan positif, stroke bersyarat dan tanpa syarat.Stroke positif adalah
stroke yang mengakibatkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan sehinga
menimbulkan motivasi yang kuat baginya untuk melakukan perubahan. Stroke
negatif adalah yang mengakibatkan seseorang merasa kecewa atau penyesalan.
"Saya tidak jadi berimu hadiah, karena kamu telat" Stroke bersyarat
adalah dorongan atau perhatian yang diberikan bila dia berhasil melakukan suatu
prasyaratnya terlebih dahulu. “Kamu akan saya sayangi bila kamu patuh”.
Sedangkan stroke tanpa syarat seperti “ Ibu menyayangimu nak“
5.
Skript
(Script)
Istilah skript bagi Berne dipergunakan
untuk menunjukan pola kehidupan yang dapat berwujud cara bertingkah laku yang
diyakini, sebagai cara, nasib, atau modus bagi dirinya. Tidak jarang pula
skript boleh menjadi batas atau standar sukses yang ditanamkan orang tuanya.
Skript ini bisa mempengaruhi interksi seseorang dengan orang lain. Kendatipun
hal ini tidak disadarinya. Skript ini bisa mempengaruhi sehat tidaknya (OK
tidak OK) seseorang dalam memandang diri dan lingkungannya.
Skript ini menurut AT dapat dirubah
dengan memahami kembali atau mendefinisikannya kembali melalui interaksi
seseorang dengan terapist.
6.
Egogram
( Takaran Energi Ego )
Istilah Egogram dikembangkan oleh Dusay
yang dipakai untuk menunjukan fungsi dan besarnya kekuatan energi yang terdapat
pada masing-masing ego state, terutama yang berhubungan dengan aspek emosional.
Kendatipun Berne membagi ego state atas O, D dan A, Dusay membagi Egogram
manusia atas 5 macam yang dikembangkan dari Ego state tersebut.
Status Ego Egogram
Parent : Orang tua (O)
Critical Parent : Kritikan O (KO)
Nurturing Parent : Pemeliharaan
O (PO)
Adult : Dewasa (D)
Adult : (D)
Child : Anak-anak (A)
Free Child : Kebebasan Anak (KA)
Adapted Child :
Adaptasi Anak (AA)
Kelima macam Egogram
ini mempunyai energi yang berbeda untuk setiap orang. Perbedaan energi egogram
inilah yang menyebabkan perbedaan kepribadian seseorang.
Orang yang rendah
energi KO, bersifat mudah tergoda, rendah NO kesepian atau depresi, rendah D
kesulitan konsentrasi atau memecahkan masalah, rendah KA kehilangan
kreativitas, intuitif dan semangat hidup, sedangkan rendah AA bersikap tidak
kompromi atau konfrontasi.
Seseorang yang baik
jadi Konselor adalah punya D sangat tinggi, PO lebih tinggi dari KO, AA lebih
rendah dari KA serta sangat rendah KA
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah
kami adalah,bahwa dalam proses pendekatan Analisis Transaksional dibutuhkan
teknik dan cara-cara yang bertahap agar menemukan penyelesaian dalam masalah
yang di hadapi, dan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut
berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di mana proses
kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode
seperti pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik
seperti kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode,
DAFTARPUSTAKA
Harris,
T. 1981 . SAYA OKE-KAMU OKE, terjemahan, Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. •
Noor,
M . 2002 .“Transaksional analisis”dalam buku Psikoterapi pendekatan
konvensional dan kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset.